1.
Tari Wura Bongi Monca
Tarian ini biasanya digelar pada
acara-acara penyabutan tamu baik secara formal maupun informal. Pada masa
kesultanan tarian ini biasa digelar untuk menyambut tamu-tamu sultan. Tarian
ini dimainkan oleh 4 sampai 6 remaja putri dalam alunan gerakan yang lemah
lembut disertai senyuman sambil menabur beras kuning kearah tamu, Karena dalam
falsafah masyarakat Bima tamu adalah raja dan dapat membawa rezeki bagi rakyat
dan negeri.
2.
Rawa Mbojo
Salah satu seni budaya Mbojo yang
merupakan ajang hiburan masyarakat tempo dulu adalah Rawa Mbojo. Seni ini adalah
salah satu media penyampaian pesan dan nasehat yang disuguhkan terutama pada
malam hari saat-saat penen sambil memasukkan padi di lumbung. Senandung Rawa
Mbojo yang di-iringi gesekan Biola berpadu dengan syair dan pantun yang penuh
petuah adalah pelepasan lelah dan pembeli semangat kepada warga yang melakukan
aktifitas di tiap-tiap rumah. Sebagai selingan, dihadirkan pula seorang pawang
cerita yang membawakan dongeng-dongeng yang menarik dan penuh makna kehidupan.
Syair dan senandung Rawa Mbojo
didominasi pantun khas Bima yang berisi nasehat dan petuah, kadang pula jenaka
dan menggelitik. Ini adalah sebuah warisan budaya tutur yang tak ternilai unuk
generasi. Dalam Rawa Mbojo terdapat beragam lirik yang dikenal dengan istilah
Ntoro. Ada Ntoko Tambora, Ntoko Lopi Penge, dan Ntoko lainnya. Tiap Ntoko
memiliki khas masing-masing. Misalnya Ntoko Tambora dilantunkan dalam syair dan
irama yang mengambarkan kemegahan alam. Ntoko Lopi Penge mengambarkan suasana
laut dan gelombang. Syair dan pantun yang dilantunkan pun dikemukakan secara
spontan sesuai keadaan. Itulah kelebihan dari para pelantun Rawa Mbojo.
Meskipun tidak bisa membaca dan menulis, namn mereka sangan pawai
melantunkannya secara spontanitas.
Sumber :
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar