Rabu, 22 Oktober 2014

Ciri Khas Bima



Salah satu ciri khas bima yaitu Rimpu. Awal pertama kali munculnya Rimpu dibima seiring masuknya penyebaran islam pada hari kamis tanggal 5 juli 1640 M, atau bertepatan pada tanggal 15 Rabiúl Awal 1050 H. Rimpu Mbojo merupakan busana adat tradisional yang mengenangkan perkembangan adat harian yang telah mendasari munculnya perkembangan keagamaan setelah berkembangnya masa kesultanan sebagai indentitas wanita muslim Mbojo pada zaman dulu. Di mana masayarakat Mbojo pada waktu penyebaran ajaran islam, rimpu menjadikan suatu polararitas keagamaan mereka dalam rangka mengembangkan suku budaya.
Masuknya Rimpu dibima sangatlah kental setelah muncul peradaban dan penyebaran islam di disuatu wilayah Bima, Kabupaten Bermatoka Maja Labo Dahu. Di mana wanita Dana Mbojo mamakai Rimpu setelah datangnya pedagang islam ke Bima dengan mengedentikan pakain Arab. Arab yang dikenal sebagai Agama Islam yang patuh dianut. Konon, Rimpu menjadikan salah satu pra sejarah bima setelah munculnya ajaran islam oleh kedua datuk. Ke dua datuk ini,bernama Datuk Dibanda dan Datuk Ri Tiro. Selain Di Bima, kedua Datuk ini dikenal sebagai tokoh utama yang menyeber agama islam di Pulau Sulawesi.
Masyarakat Bima (mbojo), Rimpu menjadi salah satu struktur sejarah sosial pada saat itu. Ini menjadikan sebuah toleransi wanita mbojo maupun para lelaki untuk meningkatkan kebudayaan dan ajaran yang dianut oleh mereka saat itu.
Rimpu merupakan pakaian yang menutup aurat orang bima pada zaman dulu. Rimpu menjadikan salah bahan pemakian yang digunakan untuk menutup aurat oleh kaum wanita masyarakat Mbojo saat itu.Rimpu memilki banyak manfaat dan kegunaannya. Dimana kegunaan dan manfaat rimpu pada zaman dulu yaitu : 1. Dipakai saat acara resmi, 2. Dan bisa juga dipakai saat orang meninggal dunia dan lain-lain. Orang Mbojo, rimpu merupakan salah satu pakaian yang sangat memiliki nilai moral, sosial,kesopanan, dan keagamaan cukup kuat. Dan ini moyoritas masyarakat mbojo dalam mengembangka adat-adat istiadat dan tradisi budaya. Sehingga rimpu dulu, dikenal sebagai penguat keagamaan mereka pada peredaban zaman dulu ketika mulai masuknya penyebaran islam di Bima.
Dikalangan masyarakat Mbojo,rimpu dikenal dua macam yaitu rimpu cilik dan rimpu colo. Dimana rimpu cilik biasanya dipakai oleh kaum wanita muda maupun remaja. Sedangkan rimpu colo biasanya digunakan oleh kaum ibu-ibu yang sudah bersuami. Konon,kaum wanita mbojo dulu, rimpu harus dipakai ketika mereka keluar rumah. Jika tidak mereka telah melanggar hukum moral.ini diungkapkan langsung oleh Nur Farhaty Ghani dari forum perempuan (forpuan) Bima. Bukan itu saja,mereka telah melagar hukum keagaam dan adat istiadat. Akan tetapi, kaum wanita mbojo dulu tetap akan mengingat pada pelanggaran tersebut. Sebab keyakinan dan kepercayaan mereka telah menjadikan suatu kokohannya dalam mengebangkan dan menegakkan polaralitas keagamaannya.
Mbojo sangat dikenal banyak wanita pemakai rimpu,sebab rimpu memberikan suatu lambang dan polaritas sosial yang sangat tinggi. Dimana orang mbojo, ketika memakai rimpu tersebur terasa nyaman. Ini menjadika salah satu spritual quesien oleh kaum wanita mbojo dalam menghadapi erat perkembangan kondisi zaman. Dalam mewujudkan hal semacam ini, mbojo harus mendirikan kayakina yang kuat dalam memperetkan budaya dan adat istiadat mereka selanjutnya. Sungguh sangat menakjubkan jika masyarakat mbojo mepertahankan tradisi adat dan kebudayaan seperti ini. Sehingga mampu memperkokoh dan mempermudah untuk menciptakan kebudayaan dan adat istiadat yang penuh dengan keharmonisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar